ASN di Lombok Utara Diduga Diperas Anggota Polisi Hingga Bunuh Diri

palevioletred-jellyfish-458835.hostingersite.com – Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi pembaca. Jika pembaca mempunyai kecenderungan untuk bunuh diri maka segeralah untuk komunikasi dengan keluarga, psikolog, dan psikiater.

Seorang ASN Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Lombok Utara berinisial RW diduga mengakhiri hidupnya setelah terlibat kasus pencurian handphone. Tak hanya itu, korban juga diduga diperas oleh seorang anggota polisi di Polsek Kayangan.

Menurut penuturan ayah korban, Nasruddin, kejadian bermula pada Jumat (7/3/2025) saat RW berbelanja di minimarket. Namun, saat hendak membayar barang belanjaan, ia diduga tanpa sadar membawa ponsel di meja kasir yang disebut milik salah satu pegawai.

“Dia kira itu handphone punya dia karena warnanya sama,” jelas Nasruddin, Rabu (19/3/2025), dikutip Detik.

Saat pejalanan pulang, RW menerima panggilan masuk. Namun, karena sedang mengendarai sepeda motor, dia memutus panggilan telepon.

Setelah menyadari kekeliruannya, RW datang lagi ke minimarket pukul 23.45 WITA untuk mengembalikan handphone tersebut ke pemiliknya RF dan menyampaikan permintaan maaf.

Setelah ponsel diterima, kasus itu sebenarnya sudah selesai. Namun, kejadian tersebut sudah terlanjur dilaporkan ke polisi, sehingga RW harus menjalani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) atas dugaan kasus pencurian.

“Sudah minta maaf langsung dan diterima oleh Raden. Saat itu juga kasus itu selesai. Tapi karena viral dan sudah dilaporkan ke polisi, beda cerita,” kata Nasruddin.

Meski demikian, akhirnya kedua belah pihak bersepakat berdamai, dilanjutkan keesokan harinya perjanjian damai dituangkan secara tertulis antara RW dan RF. Setelah mediasi dan konsultasi, Kapolsek Kayangan bersedia memfasilitasi mekanisme restorative justice (RJ) dan dikenakan wajib lapor.

Namun, Nasruddin mengaku bahwa anaknya itu bercerita ada anggota polisi yang diduga memeras, bahkan memaksa RW mengaku mencuri HP.

“Jadi anak saya telah dibunuh batinnya, pikirannya, psikologinya,” ucap Nasruddin.

Kasus itu kini menjadi sorotan Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Sari Yuliati. Ia juga menduga RW mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena tekanan dan intimidasi dari aparat kepolisian.

“Saya meminta Polda NTB untuk melakukan investigasi secara serius dan transparan. Jika ada oknum yang terbukti melakukan intimidasi atau pelanggaran prosedur, maka harus segera ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya. (*)